1. Menyamaratakan Secara Berlebihan
Suami: “Mengapa tagihan kartu kredit sangat tinggi?”
Istri: “Kamu selalu mempermasalahkan kartu kredit. Kamu tak pernah percaya saya. Kenapa kamu tidak pernah memberi kesempatan kepada saya untuk mengelolanya?”
Kata-kata seperti ‘selalu’ dan ‘tidak pernah’ mengarah kepada argumen yang tidak relevan. Jika pasangan menjawab dengan ‘Saya tidak’ atau ‘Saya juga’, telah memperlihatkan suatu penyangakalan.
2. Mengungkit Masa Lalu Untuk Membenarkan Masalah Yang Terjadi
Istri: “Mengapa tagihan kartu kredit sangat tinggi?”
Suami: “Bulan lalu kamu bilang saya boleh memakainya sampai batas maksimum untuk kartu kredit yang ini, karena kamu mengelola kartu kredit yang satu lagi.”
Kini suami mempermasalahkan apa yang pernah (mungkin juga tidak pernah) dikatakan istrinya mengenai apa yang boleh dan tak boleh, untuk hal yang bahkan tak diingat sang istri. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk membicarakan hal yang sudah lalu, bahkan menambahnya dengan masalah baru.
3. Melempar Masalah Lain Untuk Menutupi Masalah Sebenarnya
Suami: “Mengapa tagihan kartu kredit sangat tinggi?”
Istri: “Lho, kamu, kan, yang membeli peralatan audio mobil yang harganya sangat mahal?”
Istri mengalihkan topik permasalahan dan justru memasukkan masalah baru. Kini suami harus menghadapi penggambaran wataknya dari istrinya terhadap barang yang dibelinya dan bukan mengatasi masalah atas tagihan kartu kredit yang tinggi.
Aline
http://tabloidnova.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment