Lelaki vs Perempuan, Siapa Lebih Nyinyir?

Men are from mars and women are from venus. Dua planet berbeda yang menaungi para adam dan hawa seolah pas menggambarkan keadaan keduanya. Ya, kaum adam berbeda dengan kaum hawa. Baik dari sosok, penampilan, hingga tingkah polah dan perilaku mereka.

Toh, ada satu pertanyaan cukup menyentil terkait perbedaan perilaku keduanya, mengapa laki-laki ditakdirkan lebih pendiam ketimbang perempuan? Cukup bukti memperlihatkan hal tersebut. Banyak perempuan berpikir pasangannya sosok yang kuat dan pendiam, namun mengapa mereka tak mau berbagi rahasai hatinya?

“Laki-laki sebenarnya tak pelit bicara. Mereka juga ingin bertutur tentang harapan, ketakutan, dan perasaan mereka,” tutur David Zinczenko kolumnis masalah relationship Majalah MensHealth.

Nyatanya curhat perempuan menunjukkan mereka dipusingkan dengan minimnya interaksi verbal pasangannya. Sebaliknya, 30 persen laki-laki mengatakan mereka gagal berkomunikasi dengan pasangannya, dan berujung konflik. Ada jawaban dari dilema tersebut. Meski laki-laki ingin membagi ‘rahasianya’, kadang mereka merasa tak nyaman ketika harus bercerita pada pasangannya.

“Ada alasan mengapa laki-laki suka menyimpannya sendiri daripada berbagi,” terang David. Pertama, laki-laki merasa sedikit terintimidasi. Tak perlu diragukan, perempuan merupakan komunikator andal. Mereka bisa menanyakan berbagai hal mulai A sampai Z. Tak heran bila penguasaan kosakata mereka sangat luar biasa banyaknya.

Nah, saat perempuan terus mempraktikkan kemampuan bertanya dan menjawabnya pada rekan-rekannya, ia seolah terkondisikan untuk berbicara selamanya. Para adam mahfum hal ini. Akibatnya mereka takut berbicara terlalu banyak karena ini bisa menjerumuskannya pada masalah yang lebih runyam.

“Alasan berikutnya, laki-laki ingin keluar dari tekanan yang menderanya. Setelah lepas dari kepenatannya sehari-hari, ia ingin memiliki waktu untuk dirinya sendiri,” lanjut David.

Banyak perempuan memaklumi hal itu. Anehnya, justru saat pasangannya masuk ke rumah, ia harus bertutur secara detail mengenai aktivitasnya hari itu. Padahal dalam benak laki-laki, hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah mendiskusikan tentang cuaca hari itu atau kondisi lalu lintas dalam perjalanannya pulang ke rumah.

“Jadi, saat laki-laki diberondong dengan pertanyaan ketika ia baru balik dari aktivitasnya, hanya ada satu hal di benaknya. Mundur dan menghindar dari percakapan,” ucap David.

Tindakan Nyata
Daripada berbicara tentang perasaannya, laki-laki lebih suka bertindak nyata. Seperti, membawa bunga ke rumah, membelikan pasangannya parfum atau mengganti remote control yang rusak. Bila berbicara, laki-laki memilih topik mengenai tindakan mereka daripada mengedepankan emosi.

“Contohnya, banyak laki-laki yang cukup lama berhubungan dengan pasangannya memilih mendiskusikan rencana liburan mereka, bukan mengobral perasaan dan cinta mereka,” ungkap David.

Untuk menyiasati agar laki-laki tak bosan dengan topik pembicaraan, perempuan bisa mengarahkannya menjadi komunikator andal. Caranya? Membuat laki-laki merasa seperti menjalankan pekerjaannya, terutama bila topik yang dibicarakan menyangkut percintaan.

Nah, saat laki-laki sedikit bicara dan perempuan menginginkan sebaliknya, skenarionya dapat diperluas sebagai berikut. Sama halnya seperti polisi yang sedang menginterogasi tahanannya, semakin diam tersangka semakin banyak pertanyaannya. “Sama halnya dengan laki-laki. Mereka tak suka dipojokkan,” tegas David sembari mengusung bukti 65 persen responden laki-laki mengaku mereka tak ingin pasangannya bertanya terlalu banyak mengenai dirinya. Laki-laki merasa lelah karena diposisikan seperti tersangka. Padahal mereka tak menyembunyikan sesuatu pada pasangannya.

Ada taktik lawas yang disarankan David agar segalanya berjalan baik, memberi kesempatan pada laki-laki untuk mendominasi percakapan. “Ini akan membuatnya lebih terbuka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner