Yudiana mengatakan hal itu dalam dialog interaktif tentang memahami titik kritis sepanjang rentang kehidupan laki-laki dan perempuan menuju pembentukan keluarga hamonis yang dikuti ratusan anggota Dharma Wanita Persatuan BKKBN dan karyawati BKKBN di Jakarta, Selasa.
Ia mengemukakan pula, data kasus perselingkuhan itu berdasarkan hasil sejumlah lembaga suvei.
Menurut dosen Fakultas Ilmu Psikologi (FPsi) UI itu, alasan pria sudah menikah melakukan perselingkuhan, karena alasan petualangan seksual, mengatasi kebosanan dengan pasangannya di rumah, ingin mendapatkan pelayanan seksual yang lebih baik, serta ingin lebih sering melakukan hubungan seksual.
Yudiana berharap, pasangan suami istri yang telah melewati usia perkawinan lebih dari 10 tahun mulailah untuk kembali mengisi kembali (charge) rasa cinta, agar perkawinan lebih dinamis dan ada riak cinta yang membuat hubungan tetap romantis, sehingga dapat dicegah upaya berselingkuh di antara suami dan isteri.
"Pasangan suami isteri usia perkawinana lebih 10 tahuan itu biasanya segala sesuatu berjalan seperti mesin, hubungan suami istri tidak lagi melibatkan passion (hasrat). Semata-mata dilakukan karena kewajiban, sehingga segala sesuatu berjalan seperti robot," katanya dalam dialog yang dipimpin Ketua Dharma Wanita Persataun BKKBN, Nurlaila S. Mazwar.
Selain itu, ia mengemukakan, pria umumnya secara lebih terbuka mengungkapkan apa yang diinginkan saat berhubungan intim dengan istrinya dibandingkan dengan perempuan. Bagi pria hubungan seksual juga merupakan salah satu pengungkapan sisi kejantanan, sedangkan untuk wanita sebagai kewajiban sebagai istri.
"Akibatnya, selama suami puas, ya tidak apa-apa toh? Ini pengabdian. Perempuan lebih sopan, pasif, nrimo dalam hal hubungan seksual," katanya.
Oleh karena itu, katanya, para suami dan istri perlu melakukan komunikas yang efektif dalam hal hubungan intim, sehingga tidak menjadi pemicu berselingkuh.
Yudiana menambahkan, hal yang menjadikan sumber konflik pada perkawinan umumnya menyangkut, masalah keuangan, ketidakpuasan terhadap kehidupan seksual, masalah pengasuhan anak, berkurangnya rasa cinta, masalah dalam keluarga besar (saudara), perselingkuhan, masalah komunikasi yang efektif.
Ia menjelaskan, kehidupan manusia terbagai atas empat kwadran, yaitu usia nol hingga 20 tahun sebagai masa anak-anak, usia 20 hingga 40 tahun sebagai masa dewasa muda, usia 40 hingga60 tahun sebagai dewasa madya, dan usia 60 tahun ke atas sebagai masa tua.
Bagi pria dan wanita pada usia dewasa madya adalah munculnya yang disebut krisis paruh baya (midlife crisis) yang pada pria ditandai fokus pada pekerjaan membuat aspek lain dari perkawinan sering terabaikan, menurunnya nafsu seksual, misalnya rambut mulai rontok, dan mengalami serangan jantung pertama.
Hal yang sama juga terjadi pada wanita, seperti munculnya gejala menopause. Gangguan emosional seringkali dikeluhkan, seperti depresi, kemurungan suasana hati (moodiness), bahkan keluhan fisik layaknya susah tidur (insomnia) terjadi pada wanita yang mengalami menopause. Satu tahun sebelum masa menopause umumnya fungsi hormonal mengalami perubahan ibarat permainan roller coaster.
Sementara itu, Kepala Pusat Pelatihan Gender BKKBN, Dr Ratnasari Azhary, yang mewakili Kepala BKKBN, Sugiri Syarief, mengatakan bahwa acara dialog interatif dan seminar dimaksudkan memperingati Hari Kartini diharapkan dapat menjadikan pemahaman dalam mempertahanakan keluarga yang harmonis bagi jajaran keluarga besar BKKBN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment